Bangkapost - Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIA Martapura merupakan instansi di bawah Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kalimantan Selatan. Sebagai satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) khusus perempuan di Kalimantan Selatan, petugas pria memegang peran penting terutama di bidang pengamanan.
Peran penting tersebut mencakup berbagai bagian, antara lain sebagai Petugas Pos Pengawasan dan Pemeriksaan (Wasrik) yang bertugas mengawasi area luar Lapas, Petugas Penjaga Pintu Utama (P2U) yang bertanggung jawab atas akses keluar-masuk, hingga melakukan pemeriksaan pengunjung laki-laki guna mencegah masuknya barang terlarang. Selain itu, peran petugas pria di Pos Atas untuk memantau situasi dari menara pengawasan. Meskipun petugas pria minoritas, tapi memegang peran penting dalam pengamanan yang terstruktur di Lapas Perempuan Martapura.
Menanggapi peran ini, Kepala Lapas Perempuan Martapura, Evi Loliancy, menegaskan bahwa keberadaan petugas pria merupakan elemen penting dalam sistem pengamanan. "Meskipun ini adalah Lapas perempuan, peran petugas pria di lini pengamanan luar dan pemeriksaan awal sangatlah penting. Kehadiran mereka di P2U, Pos Wasrik, Pos Atas, hingga pemeriksaan pengunjung laki-laki memastikan agar tidak ada celah sedikit pun bagi gangguan keamanan. Ini adalah wujud komitmen kami untuk mewujudkan Lapas yang aman, tertib, dan kondusif bagi seluruh warga binaan dan pegawai," ujar Evi Loliancy.
Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), Eny Julianti, menjelaskan bahwa demi meningkatkan kewaspadaan, secara berkala dilakukan rotasi petugas antar regu. “Rotasi tugas di Lapas merupakan strategi manajemen risiko dan pengembangan yang bertujuan untuk mencegah kejenuhan sekaligus memperkuat sistem pengamanan dan integritas,” tuturnya.
Dengan sistem pengamanan yang terintegrasi dan didukung oleh kesiapan petugas pria pada pos-pos penting tersebut, LPP Martapura terus berupaya menjaga stabilitas Kamtib, memastikan proses pembinaan Warga Binaan dapat berjalan optimal.
