Dari Ketahanan Keluarga Menuju Ketahanan Negara

Dari Ketahanan Keluarga Menuju Ketahanan Negara

16 Juli 2021, 17:44


Oleh: Heni Nurmaini 

Dinamika kehidupan selalu menjadi pembuka pembicaraan, dan bagian utama yang berada dalam pikiran kita. Lebih dari sebagian pikiran kita dipengaruhi oleh cerita tentang lika liku keluarga, sebab keluarga adalah fungsi interaksional, situasional, sosial, dan psikologis antara individu-individu yang terlibat didalamnya, yang terikat oleh pernikahan atau hubungan darah.

Dengan pengertian diatas, menjadi mudah buat kita untuk bercermin bagaimana dengan keadaan keluarga kita?

 

Keluarga yang didalamya ingin terjadi interaksi yang harmonis paling tidak membangun saling mengerti tentang kebutuhan emosional, antara lain  seperti yang digambarkan Harley dan Chalmers, kebutuhan akan pujian, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan berkomunikasi, kebutuhan dukungan keluarga, kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, dukungan keuangan, kejujuran dan keterbukaan, penampilan fisik, serta kebersamaan  (Satiadarma,2001).

Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs) dapat menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk berkhianat.

Terpenuhinya kecukupan kebutuhan emosional dalam berinteraksi didalam keluarga merupakan modal mengokohkan ketahanan keluarga.

Pentingnya upaya upaya mengokohkan ketahanan keluarga, mencegah tingginya permasalahan-permasalahan yang muncul dimasyarakat. Beberapa data dari berbagai sumber dan berasal dari pemberitaan media, menunjukkan bervariasinya tingkat kejahatan. Hampir setiap minggu didapati pemberitaan pemerkosaan, kekerasan seksual, kekerasan rumah tangga, perceraian, dan ancaman kemanusiaan semakin tinggi.

Keseriusan mencari upaya upaya yang strategis untuk mengatasi varian masalah keluarga adalah upaya segenap elemen masyarakat tanpa terkecuali. Bagaimana upaya pembangunan suatu bangsa dapat mempertimbangkan pembangunan kekokohan keluarga. Menjadi perhatian bagi pemerintah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha berkolaborasi  mencari hingga mendapatkan pola kerjasama dalam rangka pembangunan ketahanan keluarga. Hingga masalah suatu keluarga bukan masalah internal tetapi menjadi perhatian bersama.

 

Kerapuhan kerapuhan dalam keluarga terjadi dalam berbagai sebab diantaranya nilai nilai agama yang kering dalam tatanan keluarga, pembiasaan menjalankan ibadah mungkin hanya sebatas penunaian ritual ritual tanpa memahami makna dari beragama, yaitu mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar.

Kerapuhan dalam memperhatikan kesehatan fisik, pola hidup yang buruk, terbiasa mengkonsumsi makanan yang jauh dari nilai gizi

Kerapuhan dalam menanggung beban  disebabkan karena mental yang lemah. Tidak siap menghadapi tantangan kehidupan yang ditemui, disebabkan terbiasa dengan segala sesuatu yang instan

Kerapuhan ekonomi juga jadi topik terkuat penyebab kerapuhan ketahanan keluarga,  tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, dengan keterbatasan skill, dan dunia kerja yang sempit, semua berebut untuk mendapatkan peluang kerja, hingga akhirnya sampai tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

Kerapuhan dalam ketahanan keluarga dapat juga disebabkan lingkungan sosial yang buruk, lingkungan yang kering unsur keteladanan, dimana ruang untuk memperoleh tempat yang aman bagi anak dan keluarga sudah sulit untuk ditemui, maka akan terbangun perasaan stress dan tekanan tekanan hidup.

 

Dari berbagai paparan diatas, sungguh dibutuhkan kerja yang bergelombang, masif dengan frekuensi yang seirama dan tempo secepat cepatnya. Jika melihat kenyataan bahwa keadaan keluarga Indonesia berdasarkan data yang ada, maka cukup perlu ada antisipasi guna menghadapi terjadinya gelombang atau ledakan kerapuhan dalam keluarga yang akan menjadi potret buram bagi bangsa ini.

Layanan konsultasi rumah tangga, adanya kampanye dengan isu ketahanan keluarga, penyuluhan gizi, taman ramah keluarga, program program yang melibatkan anggota keluarga, persiapan menjadi orang tua yang difasilitasi secara sungguh-sungguh oleh pemerintah bersama peran masyarakat. Juga adanya evaluasi bagi dunia usaha agar tidak menyebabkan atau memperburuk mental anak.

Menyemarakkan kembali geliat rumah peribadatan dengan komunitas remaja masjid, TPA dan peribadatan bagi kelompok agama lain. Jika pembangunan ketahanan keluarga diatur dengan implementasi yang lebih jelas, kita optimis dapat membuat keluarga sebagai basis ketahanan Negara.

 

 

Penulis adalah Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPW PKS Lampung

 

 

 

TerPopuler