Bangkapost — Di tengah tembok tinggi dan waktu yang terbatas, Andi (nama samaran) menemukan secuil harapan lewat jarum dan benang. Warga binaan di Lapas Kelas IIA Banjarmasin ini kini aktif mengikuti program kemandirian melalui kegiatan kerja penjahitan yang difasilitasi oleh Seksi Kegiatan Kerja.
Setiap hari, Andi duduk dengan fokus di ruang kerja, memegang gunting dan jarum jahit, memperbaiki pakaian warga binaan maupun petugas yang rusak atau robek. Dengan penuh ketekunan, ia merapikan pakaian yang robek atau aus hingga kembali nyaman dipakai. Ketelitian dan tanggung jawab yang ia tunjukkan menjadikan setiap jahitannya rapi dan fungsional, mencerminkan proses belajar yang dijalaninya dengan sungguh-sungguh.
“Saya belajar banyak dari program ini. Selain mengisi waktu, saya juga dapat skill yang berguna nanti setelah bebas,” ujar Andi sambil menunjukkan beberapa hasil jahitannya.
Awalnya, Andi mengaku tidak memiliki pengalaman menjahit. Namun, dengan bimbingan petugas dan pelatihan yang rutin, ia mulai menguasai teknik dasar dan perlahan mampu mengerjakan produk yang lebih kompleks.
“Gak gampang memang, tapi saya ingin tunjukkan kalau kita bisa berubah. Menjahit ini juga jadi cara saya belajar sabar dan teliti,” tambah Andi.
Program penjahitan ini tidak hanya memberikan keahlian baru, tapi juga membangun rasa percaya diri bagi warga binaan. Andi menyimpan harapan besar untuk membuka usaha jahit kecil-kecilan di kampung halamannya kelak.
“Saya ingin bisa mandiri, nggak tergantung sama orang lain. Kalau sudah bebas, saya mau coba usaha ini. Bisa jadi penghasilan buat keluarga,” tuturnya penuh semangat.
Kisah Andi mengingatkan bahwa di balik jeruji, ada potensi dan mimpi yang terus dirajut. Dengan program pembinaan kemandirian, Lapas Banjarmasin tidak hanya memutus rantai masa lalu, tapi juga menenun masa depan yang lebih cerah.
- Lapas Banjarmasin